Hariring Peuting

edisi Petualangan Si Joe, menggapai langit-langit mimpi.

Monday, December 04, 2006

Ordinary simple man

"..you just to good to be true, Joe" Sembari berkata demikian, airmata mengalir membasahi pipinya.
"kenapa selalu ada ragu dihatimu tentang aku?" Ujar pemuda Joe, "Rasanya semua sudah ku berikan. I am just ordinary simple man yang ingin mencintai dan dicintai secara tulus".

Rasanya seperti ada sesuatu yang menghimpit dada pemuda Joe saat ini. Entah mengapa Gadis selalu saja meragukan dirinya. Wanita memang sukar ditebak ya Joe. Pepatah bilang, kalau kau mampu memahami perempuan maka kamu akan menguasai dunia.

"Hubungan yang kita jalin sudah cukup lama, Tapi kadang dirimu masih saja menanyakan tentang ketulusan cintaku, apakah aku memang benar-benar mencintaimu atau hanya karena terpaksa."
"Rasanya apalagi yang harus aku korbankan untuk mendapatkan cintamu. Kalau aku tak sungguh-sungguh, kenapa susah payah sampai sejauh ini?"

"Definisi cintaku tak seperti kebanyakan pemuda. Aku hanya ingin seseorang yang mampu menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku, dan mampu menjaga kehormatan suaminya"
"Jangan jawab sekarang, aku akan beri kamu waktu tuk berfikir"

Keduanya terdiam. namun kemudian suara lirih Gadis memecah keheningan diantara mereka.
"I do Joe..."
"Maksudmu, kau bersedia menemaniku sepajang umur kita nanti..?, lalu mengapa kau menangis?"
"Aku menangis bahagia..."

Di Negeri Paman Sam

"Joe, gimana amrik..enak gak?" tanya salah satu teman si Joe.
Dengan enggan si Joe menjawab "...ya begitu lah"
Nampaknya petualangan si Joe kali ini tidak terlalu menimbulkan kesan yang terlalu mendalam, walau kali ini yang dikunjunginya adalah negeri dengan sejuta impian, Negeri Paman Sam. Ada apa gerangan Joe?

Perjalanan melelahkan selama 25 jam, perlakuakan khusus bagi warga negara Indonesia di Imigrasi, buruknya cuaca di Boston yang membuat hidungnya mimisan setiap hari, jetlag yang begitu lama ia rasakan, sulitnya mencari makanan tanpa daging babi, dan batalnya reunian dengan sahabat lama, membuat si Joe tak kerasan di sana.
Pulang, pulang dan pulang, kembali ke pelukan orang-orang yang mencintainya. itu saja yang ada dipikiran si konyol.