Hariring Peuting

edisi Petualangan Si Joe, menggapai langit-langit mimpi.

Tuesday, January 17, 2006

III. Jakarta oh Jakarta

Sudah dua hari ini hujan deras mengguyur Jakarta. Dan ini mungkin saja pertanda kurang baik sebab saat musim hujan, Jakarta identik dengan banjir. Pemuda Joe sedang duduk-duduk di ruang lobby kost-kostan nya, menikmati udara pagi Jakarta yang hari ini terasa dingin. Suara hujan yang lebat mengingatkan Joe pada kenangan avonturir-avonturirnya ke gunung saat masih duduk di bangku sma dulu. "Ah andai saja waktu dapat diputar kembali", batin si Joe.

Dan hujan lebat seperti ini pun terjadi juga di Batam. Joe tahu akan hal ini dari surat yang dikirimkan
Roy sahabatnya disana. Joe harus berpisah dengan sahabatnya dan mencoba untuk mengadu nasib di Jakarta, kota dengan segudang keruwetan dan masalah, dan anehnya si konyol ini malah berprinsip kalau kita bisa survive di Jakarta maka kita akan bisa survive dimana saja.
"Hidup ini keras. Selagi masih muda kejar terus cita-citamu Roy, jangan berandai-andai dulu hidup enak. Karena kebahagian itu tidak diraih namun diciptakan" begitu dulu ia memberi semangat pada sahabatnya Roy di Batam.

"Ah..untung saja tidak ada aturan jam kerja di kantorku, jadi aku bisa tunggu sampai hujan reda" gumam si Joe seorang diri.
"Tapi hujan-hujan gini enaknya sambil ngopi... coba dari kemarin-kemarin aku jadi beli pemanas air...sial!" si Joe sedikit menyesali kemalasannya untuk membeli perabotan kostnya.
Tiba-tiba telpon gengamnya berbuyi, "Mentari Pagi..." si Joe berseru kegirangan, buru-buru ia mengangkat telpon genggamnya.
"kamu lagi dimana" Terdengar suara merdu seorang wanita diujung sana.
"hai, aku masih di kostan. Mau pergi tapi hujannya deras banget" seru si konyol.
"oh, syukur deh. aku khawatir kamu kehujanan di jalan". ujar Gadis dengan nada cemas.
"enggak kok, aku baik-baik aja, kamu gak perlu khawatir, bentar lagi juga hujannya reda" Joe menenangkan Mentari Pagi nya.
"ya udah kalo gitu, take care ya, I love u" Gadis mengakhiri pembicaraan.
"iya, I love you too". Joe menutup telpon genggamnya.

Ada perasaan tenang dan bahagia dalam hati si Joe, ketika selesai berbincang dengan Mentari Pagi. Akhirnya setelah lebih dari setahun terpisah demikian jauhnya kini ia bisa lebih banyak menikmati saat untuk bersama dengan Gadis, wanita yang sangat dicintainya.
Gadis, sosok yang sholehah, sederhana, dewasa dan mau menerima Joe apa adanya. Joe lebih tua tujuh tahun dari dia, namun walau terpaut lumayan jauh usia mereka, Joe menemukan bahwa Gadis adalah wanita yang ia yakini mau dan mampu menemaninya dalam mengarungi bahtera hidup. Kebahagiaan tidak diraih namun diciptakan, dan Joe menciptakan kebahagiaan itu bersama Gadis, sang Mentari Pagi.

Lambat laun hujan akhirnya mereda dan yang tersisa hanya butiran-butiran lembut air berjatuhan menciptakan nuansa damai nan eksotis. Ingin sekali ia berlama-lama menikmati pemandangan ini, namun jam menunjukan pukul sepuluh pagi dan saatnya bagi si Joe untuk berangkat memulai aktivitas hari ini, dengan penuh semangat.
Good luck untuk pekerjaan barumu Joe...

bersambung

2 Comments:

  • At 9:51 AM, Blogger arghasme said…

    Suit,suit... kayaknya kalian makin cinta aja nih...

     
  • At 11:21 AM, Blogger d2nr said…

    kemarin aku ketemu sama si Joe dan Gadis, kayaknya emang mereka makin cinta aja roy :D.

     

Post a Comment

<< Home