Hariring Peuting

edisi Petualangan Si Joe, menggapai langit-langit mimpi.

Friday, December 02, 2005

I. Homecoming

"ma..aku jadi pulang"
"syukurlah, nanti mama buatin gulai daging kesukaan mu ya nak" jawab mamanya di ujung telpon.

Akhirnya si anak nakal ini jadi juga pulang untuk berlebaran bersama keluarganya di Bandung setelah tahun lalu ia lewatkan begitu saja sendirian di pulau Batam. Ya, perjalanan hidup menuntut Joe untuk merasakan bagaimana hidup jauh dari kampung halaman, dan ternyata perjalanan tersebut memberi banyak makna dan pelajaran yang sangat berguna kini dan kelak nanti. Bandung baginya sudah tak lagi mampu memenuhi segala hasrat dan keinginannya untuk mewujudkan cita-cita. Bandung hanya enak buat hura-hura saja, begitu ujarnya.

Dan pada H-1 ia pun melaksanakan niatannya. Keberangkatannya ke bandara Hang Nadim Batam ditempuh dalam waktu satu jam, sementara perjalanan ke Jakarta menggunakan pesawat udara hanya memakan waktu satu jam tigapuluh menit. Terima kasih kepada teknologi yang memungkinkan perjalanan sejauh itu bisa ditempuh dalam waktu singkat saja.
Bandara Hang nadim sendiri terletak di ujung timur pulau batam, sementara joe tinggal di ujung baratnya. Sepanjang jalan yang dilaluinya hanya terbentang hutan yang sebagian besar sudah gundul dan dialihfungsikan menjadi perumahan dan pusat bisnis. Si Joe hanya bisa meratapi hutannya yang kian hari kian menyempit saja. "Inilah potret buram bangsaku yang tak pernah bisa menghargai apa yang telah Tuhan berikan" batinnya.

Alih alih mikirin hutan yang makin gundul, mata si nakal Joe malah lirik sana sini ketika sudah ada dalam pesawat, dan ternyata pramugari-pramugarinya cakep-cakep dan seksi-seksi. Hanya saja polesan make-up yang begitu tebal serta rambut yang sudah diwarnai menurunkan selera si Joe. Maklum, untuk ukuran anak muda sekarang selera si Joe terbilang kuno. Ia lebih suka cewek yang natural alias tidak terlalu banyak dandan. "eksotis dan lebih Indonesia" jawab si Joe ketika suatu saat seorang temannya bertanya tentang alasan ia lebih memilih tipe cewek yang natural. Akhirnya urung niat si Joe buat ngecengin para pramugari. Ia hanya puas memandangi pantat aduhai mereka, yang dengan centilnya memperagakan bagaimana caranya memakai alat-alat keselamatan bila diperlukan nantinya.

Setibanya di cengkareng ia langsung menuju ke stasiun Gambir. Walau sekarang sudah ada jalan tol Cipularang yang bikin perjalanan Jakarta-Bandung bisa ditempuh dalam waktu dua setengah jam saja, namun petualang muda kita ini lebih memilih menggunakan kereta api, selain sekarang ini harga tiketnya lebih murah, konon katanya melakukan perjalanan dengan kereta api lebih terasa petualangannya. Ada-ada saja pikiran si bandel ini.
Dan untung saja kereta terakhir ke Bandung jadwal keberangkatannya sedikit molor dari waktu yang seharusnya sehingga si Joe masih bisa mendapatkan tiket. Dengan terburu-buru diapun langsung naik ke gerbong kereta dan mencari tempat duduknya.

Tapi rasa capeknya langsung hilang ketika dia mendapati bahwa yang duduk disebelahnya adalah cewek abg yang lumayan cakep juga.
"dasar kalau rejeki gak akan kemana" gumam si Joe.

Apa karena gara-gara baca buku when fish fly-nya John yokohama, si Joe sekarang jadi gemar buat bercakap-cakap sama orang yang duduk disebelahnya kalau dia lagi dalam perjalanan. Iseng-iseng dia coba memulai obrolan dengan pertanyaan basa-basi, dan setelah beberapa jurus pembuka akhirnya mereka pun berkenalan. Mia namanya, ternyata dia orang Tanjungpinang. Sungguh suatu kebetulan.

"Emang minat banget ya masuk STPDN, kan itu sarangnya tukang pukul?" guyon si Joe saat tahu kalau si gadis punya keinginan besar buat masuk STPDN.
"Abis gimana ya, bapak dan ibuku PNS di Batam, orang bilang buah jatuh tak jauh dari pohonnya" jawabnya.
"dan aku gak peduli loh pendapat miring orang tentang pegawai negeri" tambahnya lagi seakan mencoba menebak apa yang ada dalam pikiran si Joe, dan si Joe cuma bisa nyengir dan garuk-garuk kepala.
Memang kadang si Joe suka heran sama orang yang mati-matian kepingin jadi seorang aparat hukum atau pemerintahan, padahal sudah jadi rahasia umum kalau disana sulit buat bedain mana duit halal dan mana duit haram. Pendapat tiap orang beda-beda dan itu harus kamu hargai Joe.

Setelah sekian lama ngobrol ngalor ngidul, sempat terlintas dalam benak si bandel buat masuk lebih jauh, kali-kali aja dapat. Namun ternyata bayangan mentari pagi mengurungkan niatannya. Mentari pagi, gadis yang telah mengisi lembaran hidup si Joe dengan cinta. Seorang gadis yang membuat hidupnya menjadi lebih berarti, yang membuat Joe benar-benar menjadi seorang laki-laki ketika ia ada disampingnya, dan Joe terlalu mencintainya.

Malam kian larut, dan tak terasa kereta pun mulai memasuki wilayah Bandung. Setelah sekian lama tinggal di Batam yang panas, si Joe sudah tak tahan lagi dengan udara malam Bandung. Ia kedinginan dan mulai bersin-bersin.
"nih ambil aja tissue ku" sahut Mia dengan wajah penuh iba.
"makasih ya, ternyata kamu baik sekali". Dasar bandel, dalam kedinginannya masih sempet aja godain anak gadis orang.

Tepat pukul setengah duabelas kereta tiba di stasiun Hall Bandung. Akhirnya merekapun harus berpisah setelah terlebih dahulu bertukar nomor telpon. Mungkin suatu saat bisa ketemu lagi, hanya Tuhan yang tahu.

"aah..Bandung, here i come" batinnya keras. Ia pun bergegas turun sambil tak lupa untuk mengirimkan berita lewat sms
...ma, aku dah di bandung, bentar lagi nyampe.


bersambung

2 Comments:

  • At 8:19 AM, Blogger admin said…

    hi joe!
    ditungguan d jkt euy

     
  • At 8:55 PM, Blogger arghasme said…

    HA..HA..HA..

    Joe si Avonturir akhirnya Rendezvous, good bye BAD DAYS...

    warm regards

    "gw khan tau luh banget...."

     

Post a Comment

<< Home