Hariring Peuting

edisi Petualangan Si Joe, menggapai langit-langit mimpi.

Saturday, April 08, 2006

Interlude

Aku benci ketika orang-orang merendahkanku
Hanya akan menambah bara ditungku semangatku..

Seorang pemuda berusia seperempat abad berjalan gontai dipersimpangan jalan Aceh Bandung. Kepalanya tertunduk menatap hampa jalan aspal yang basah oleh hujan. Satu pertanyaan sedang menjejali sesisi kepalanya “Apakah ini pertanda saatnya aku menggulung layar dan melabuhkan biduk dititian dermaga...?”

“Namun akankah jemari ini menjadi beku atau malah akan ada energi baru bagi tangan-tanganku yang mulai lelah untuk menggapai langit-langit mimpi yang masih saja belum mampu aku gapai, ketika aku menepi nanti?” Pemuda Joe mencoba mencari jawaban pasti.

Ditatapnya pepohonan yang berbaris menghiasi jalan. “Mereka masih mampu bertahan di usia yang menjelang senja. Masih mampu menaungi jalanan dengan daun-daunnya yang merona hijau”. Ada sesuatu yang bisa kamu pelajari dari mereka, Joe.

Setelah pertemuannya dengan sahabat-sahabatnya di Bandung, si Joe merasa seorang diri, sepi. Tak seperti mereka, bagi si Joe diseberang sana terhampar batu karang, the great barrier rief, yang menghalangi ia untuk bisa segera melabuhkan biduknya.

Dulu si Joe memilih menunggu sampai deburan ombak pelan-pelan menghempaskan batuan karang, namun nampaknya batu karang tak kunjung usang dan terkikis.

Dan sekarang si Joe harus berfikir untuk maju dan menghancurkannya dengan segenap kekuatan yang ia miliki untuk bisa sampai ditepian dermaga. Hidup tak seluruhnya seperti apa yang ada di film The Terminal. Terlalu naif bila hidup hanya digunakan sekedar untuk menunggu. Resikonya tentu saja lambung kapal bisa pecah dan menenggelamkan semua mimpinya jauh ke dasar lautan.

Ia tahu bahwa layarnya hanyalah selembar kain tambal sulam, lambung kapalnya penuh dengan jamur dan goresan disana sini. Iapun sadar, ia belum mampu menjadi seorang nakhoda kapal yang baik.

Kadang ia memilih untuk menghindar ketika berpapasan dengan kapal tanker atau ketika orang-orang membandingkan biduk sederhananya dengan sebuah kapal pesiar nan mewah. Yang demikian lebih baik daripada harus menjadi seorang perompak hanya sekedar untuk memuaskan apa yang mereka inginkan.

Tapi ada kalanya juga ketika egonya lebih kuat berbicara, semuanya hanya akan membuat si konyol selalu ingin berlari lebih cepat mengejar asa.

Selalu bersyukur dengan apa yang kita punya, itulah yang lebih baik dihadapan Tuhan. Namun jangan berhenti untuk selalu berusaha. Kegigihanmu, itulah yang terpenting Joe.

Hidup adalah masalah keberanian menghadapi tanda tanya, dan nampaknya kini si Joe mulai mempersiapkan diri. Bagaimanapun juga, the show must goes on. Episode kehidupan yang sebenarnya baru saja akan dimulai. Kepalkan tanganmu kuat-kuat untuk menggapai langit-langit mimpimu Joe.

8 Comments:

  • At 12:09 PM, Blogger arghasme said…

    hhhmmm... gw yakin loe bisa mengatasinya joe...

     
  • At 12:42 PM, Blogger d2nr said…

    Joe said "thanks for the support Roy, I am working on it now".

     
  • At 8:31 AM, Anonymous Anonymous said…

    luruskan niat..kuatkan hati..berserah diri+ikhtiar..Bismillaah..(^_^)

     
  • At 8:34 AM, Anonymous Anonymous said…

    selamat berjuang Joe..!!!

     
  • At 3:47 AM, Blogger Fahmi hudaya said…

    Ujian teh ukur keur nu mampu panan :D....we are in the same track joe keep on going man.

     
  • At 2:49 PM, Blogger d2nr said…

    Joe said "makasih untuk dukungan dan doa temen2 semua, I love u guys"

     
  • At 6:36 PM, Blogger admin said…

    Hidup adalah soal niat Joe, so kuatkan tekadmu!

     
  • At 1:01 PM, Anonymous Anonymous said…

    joe...mana..???
    kok ga nulis2 lagi siiihhh...
    ditunggu loh..kisah2 selanjutnya..hahahahhaha

    dudu!!!

     

Post a Comment

<< Home