Hariring Peuting

edisi Petualangan Si Joe, menggapai langit-langit mimpi.

Tuesday, April 03, 2007

wind in the willows

As i went walking one morning in spring
I met with some travellers on an old country lane
one was an old man, the second a maid
The third was a young boy who smiled as he said
So I asked them to tell me their name and their race
So I could remember each smile on their face
Our names, they mean nothing...
They change throughout time
So come sit beside us and share in our wine

With the wind in the willows, the birds in the sky
There's a bright sun to warm us wherever we lie
We have bread and fishes and a jug of red wine
To share on our journey with all of mankind

So I sat down beside them with flowers all around
We eat from a mantle spread out on the ground
They told me of prophets and peoples and kings
And all of the one God that knows everything
We're travelling to Glaston over England's green lanes
To hear of men's troubles, to hear of their pains
We travel the wide world over land and the sea
To tell all the people how they can be free

So sadly I left them on that old country lane
For I knew that I'd never see them again
one was an old mand, the second a maid
The third wa a young boy who smiled as he said

Friday, February 09, 2007

tersenyum denganku

Maaf bila ku tak mampu beri kisah kasih indah.
Yang bisa ku beri hanya sebuah cinta yang sederhana.
Aku tak ingin dirimu terbang di alam mimpi-mimpi.
aku hanya ingin mengajakmu ke dunia nyata,
dengan tersenyum.
Bila kau setuju, genggam tanganku erat-erat.
Percaya padaku.

Baunya masih tergambar jelas

Sayup sayup terdengar suara Ari lasso melantunkan lagu Hampa, serta bau pewangi ruangan yang baru saja disemprotkan Mama, menyeruak, menggugah ingatan si Joe ke tahun tahun silam. Ke tahun X22net.
Ya, dulu bersama beberapa orang sahabatnya si konyol nekat membuka sebuah usaha warnet di sebuah daerah di Bandung.

Diantara kebingungan antara pilihan bekerja atau berwiraswasta, pamannya meminjami ia modal untuk usaha. Dan membuat sebuah warnet adalah pilihan si Joe. Selain bisa mendatangkan uang, juga bisa menggali ilmu mengenai wirausaha dan IT, pikirnya.
Dengan susah payah ia dan teman-temannya patungan membangun sebuah warnet. Tak terhitung kisah duka dan suka saat itu. Betapa sulitnya menyamakan visi dan misi walau dengan teman baik sekalipun.
Tanpa perencanaan yang baik, tanpa ilmu yang memadai dan modal yang pas-pasan, bisa di bayangkan apa yang terjadi. Namun singkat cerita (terlalu panjang bila diuraikan satu persatu prosesnya) akhirnya berdirilah sebuah warnet, dan X22net dipilih sebagai nama. Memang hanya sebuah warnet kecil namun dengan metoda pendekatan akrab terhadap kosumen, lambat laun mulai ramai dikunjungi. Dari konsumen yang sama sekali buta terhadap internet sampai konsumen yang suka begadang semalaman tetap dilayani. Alhasil, X22net punya banyak konsumen tetap.

Disadari benar, bahwa X22net menjadi training center bagi si Joe dan teman-temannya sehingga ia bisa menjadi seperti sekarang ini. Walau secara materil tak banyak didapat, namun ilmu yang didapat tak akan pernah ternilai harganya. Everything is not lost. Setiap cucuran keringat, pikiran, duka dan suka yang telah dilalui......ah, what a story.

Tapi sisi lain yang menarik adalah, X22net menjadi sarana si Joe dan teman-temannya berkumpul. Hampir setiap malam begadang dan melakukan hal-hal menyenangkan. Banyak cerita yang bila saat ini diingat kembali menjadi sebuah kenangan manis walau itu cerita duka sekalipun. Salah satu lagu yang bisa mengingatkan si Joe akan kenangan-kenangan itu adalah lagu Hampa dari Ari lasso, atau bau pengharum ruangan yang selalu dipakai di X22net.


"I heard it's dying now. Please don't let it happen.
cause we've been through all the toughest year to make it all.
That was the place where our journey begun
and that is the place where our memory reside."

Monday, December 04, 2006

Ordinary simple man

"..you just to good to be true, Joe" Sembari berkata demikian, airmata mengalir membasahi pipinya.
"kenapa selalu ada ragu dihatimu tentang aku?" Ujar pemuda Joe, "Rasanya semua sudah ku berikan. I am just ordinary simple man yang ingin mencintai dan dicintai secara tulus".

Rasanya seperti ada sesuatu yang menghimpit dada pemuda Joe saat ini. Entah mengapa Gadis selalu saja meragukan dirinya. Wanita memang sukar ditebak ya Joe. Pepatah bilang, kalau kau mampu memahami perempuan maka kamu akan menguasai dunia.

"Hubungan yang kita jalin sudah cukup lama, Tapi kadang dirimu masih saja menanyakan tentang ketulusan cintaku, apakah aku memang benar-benar mencintaimu atau hanya karena terpaksa."
"Rasanya apalagi yang harus aku korbankan untuk mendapatkan cintamu. Kalau aku tak sungguh-sungguh, kenapa susah payah sampai sejauh ini?"

"Definisi cintaku tak seperti kebanyakan pemuda. Aku hanya ingin seseorang yang mampu menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku, dan mampu menjaga kehormatan suaminya"
"Jangan jawab sekarang, aku akan beri kamu waktu tuk berfikir"

Keduanya terdiam. namun kemudian suara lirih Gadis memecah keheningan diantara mereka.
"I do Joe..."
"Maksudmu, kau bersedia menemaniku sepajang umur kita nanti..?, lalu mengapa kau menangis?"
"Aku menangis bahagia..."